BELAJAR APA?

https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrjea5L0H5k5v0.riqjzbkF;_ylu=c2VjA2ZwLWF0dHJpYgRzbGsDcnVybA--/RV=2/RE=1686061259/RO=11/RU=https%3a%2f%2ftausiyahrutin.blogspot.com%2f2016%2f05%2fpentingnya-menuntut-ilmu-syari.html/RK=2/RS=AdUeNKfXA0qlZGz4tqJCQo6yW5I-

Di tengah proses kerja, ada kalanya Pemimpin melihat timnya perlu meningkatkan kemampuan tertentu agar pekerjaan lebih lancar. Sang Pemimpin pun merencanakan pembelajaran untuk timnya.

Menentukan menu belajar ada seninya. Misal, jika tim penjualan gagal closing terus, jangan ujug-ujug berpikir, “Ajari dia jualan!”. Aktivitas jualan itu luas. Bagian mananya dari jualan yang masih perlu diajari?

Membuka pembicaraan dengan pelanggan, sudah lancar.
Mempresentasikan produk, sudah lengkap.
Tapi kalo presentasi, ya semua disampaikan, kurang menggali apa spesifiknya kebutuhan pelanggan, sehingga sulit mengkoneksikan manfaat produk dengan apa yang pelanggan butuhkan.

Aha! Berarti tim itu cukup diajari dan dilatih menggali kebutuhan pelanggan dalam obrolan santai saat presentasi produk.

Karena fokus pada kompenen yang kurang, proses pelatihannya tajam, tidak makan waktu banyak, dan bisa kontekstual.

Dengan begitu, Sang Pemimpin lebih berkesempatan mengajarkan langsung lewat sharing pengalaman, spesifik di bagian itu, sambil ngopi santai, di tengah kesibukan-kesibukan pribadinya. Tidak merasa harus mengerjakan semua hal tentang penjualan.

Dari sini, gak perlu selalu berpikir mengirim ke pelatihan penjualan dua atau tiga hari yang menguras waktu serta energi.

Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *