tahun lalu ramai tentang berita Pak Luhut turut dalam lingkaran bisnis PCR. Sontal menimbulkan reaksi banyak pihak dijagad medsos. Sampai dengan klarifikasi bahwa di bisnis ini beliau tidak cari untung, tapi justru untuk membantu masuknya tes PCR ke indonesia, masih banyak perbincangan soal sepakat dan tidak sepakat.
Saya tidak sedang memihak dan menilai Pak Luhut benar atau salah. Kalaupun benar beliau tak meraup untung, reaksi negatif masyarakat tetaplah wajar, dengan berbagai keterbatasan informasi, tekanan hidup selama ini…
Pemimpin memang sering menghadapi apa yang disebut EKSPETASI. Misal dalam lingkungan tertentu, Tim punya ekspetasi tentang pemimpin merakyat, pemimpin tegas, atau bahkan pemimpin visioner. Beda lingkungan, beda ekspetasinya.
Mengelola ekspetasi bukan soal benar atau salah, tapi tepat dan tidak tepat. Misal, jika tim berekspetasi bahwa pemimpin mestinya pintar dan punya banyak jalan keluar, maka selalu mengembalikan ke tim untuk mencari solusi sendiri atas masalah yang ada, akan menimbulkan reaksi negatif… meskipun itu tindakan benar sebagai pemimpin.
kasus Pak Luhut pun sama. bagaimanapun, rakyat indonesia punya ekspetasi bahwa pemimpinnya musti sederhana seperti masyarakat kebanyakan. Makanya branding jokowi berhasil.
Artinya, saat ada pemimpin negara mem-bisnis-kan sesuatu dari kondisi yang ada, akan ada anggapan negatif, meski secara prosedur benar, bahkan jikalau tujuannya adalah memudahkan masyarakat sekalipun. Karena dipikiran masyarakat, ‘bisnis’ kadung dipersepsikan sebagai lingkungan royal penuh uang (padahal gak selamanya gitu, hehe).
Lantas harus bagaimana?
Jika memimpin artinya mempengaruhi (pendapat Maxwell), maka memahami ekspetasi tim menjadi sangat penting sebelum mengambil keputusan. Hindari memiliki sikap yang justru menimbulkan ekspetasi tinggi, dimana ekspetasi itu akan sulit dipenuhi.
Penting juga untuk mengkomunikasikan keputusan dengan cara yang tidak bertentangan dengan ekspetasi tim. Jika tim berekspetasi pemimpinnya mengayomi, saat pemimpin harus mengeluarkan beberapa orang, jangan bahasakan ini sebagai langkah menyalamatkan bisnis.
Sampaikan bahwa ini justru untuk menyelamatkan orang. Menolong yang masih siap berkarya agar tak tenggelam bersama kapal bisnis, dan menolong lainnya untuk bisa mendapatkan tempat lebih aman dalam berkarya, di luar bisnis saat ini.
Mengelola ekspetasi, adalah tentang bagaimana mengkomunikasikan kondisi diri, juga mengkomunikasikan keputusan demi keputusan. Ingat, bahwa dalam komunikasi, yang benar belum tentu tepat. Maka lakukan dengan tepat, bukan sekedar benar.
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111