Dalam satu kesempatan, seorang guru berkata kepada muridnya…
“Kamu hebat, kamu orang terpilih, kamu orang luar biasa!”
Kalimat itu sering terucap dari mulut sang guru saat bertemu muridnya. Bahkan pada hal-hal yang sebenarnya belum layak tuk dipuji. Harapan sang guru, muridnya makin semangat buat belajar dan menjalani hidup.
Yang terjadi pada sang murid? Mari kita telaah.
Sang murid yang mendapat pujian begitu sering dari sang guru, berbunga-bunga, lupa bahwa dirinya masih belum se-level pujian itu.
Sepanjang hari ia hidup dalam kepalsuan, merasa hebat tapi belum hebat. Saat bertemu orang ia berusaha buktikan pujian gurunya, karena tak mau mengecewakan sang guru. Tapi ya susah, karena memang kemampuannya belum sampai.
ini berujung stress pada diri sang murid. Akhirnya sang murid gitu-gitu aja, ia gak mau tampak jelek di depan orang. “Kan udah diangkat-angkat sama gurunya, masa keliatan jelek” gitu pikirnya.
Niat sang guru baik, ingin menyemangati murid. Tapi pujian berlebih, bahkan pada hal-hal yang sebetulnya belum layak dipuji, malah bikin muridnya tidak hidup dalam kenyataan.
Lebih gawat lagi, ada sebagian guru yang sengaja muji-muji, biar muridnya seneng, biar ikut program belajarnya lagi, biar bayar lagi.
Dan ada sebagian murid yang terbuai pujian-pujian itu, menjadi enggan mendengarkan masukan-masukan jujur dari orang lain yang sebenarnya ikhlas gak ada kepentingan apa-apa dan hanya ingin kebaikan dari murid itu.
Hati-hati asal memuji.
Mungkin kita Guru yang sayang murid, sehingga sering memuji, Tapi pujian berlebih malah ‘membunuh’ murid.
Kalo kita Guru yang berlebihan memuji dengan maksud agar murid beli produk kita lagi, bertobatlah, itu niat jahat meski gak tampak jahat.
Sebagai murid, jangan mudah terbuai dengan pujian siapapun, jujur saja pada diri sendiri. Meski gak enak, jujur itu mengantar pada kondisi terbaik dalam jangka panjang.
Hati-hati memuji.
Hati-hati menerima pujian.
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111