PEMIMPIN, BICARALAH SEPERLUNYA


kanirana.coaching

Setiap Pemimpin tentu punya banyak ilmu, pengalaman, dan kebijaksanaan untuk dibagi kepada orang lain. Namun dalam berbicara dan memberi pengaruh, ada baiknya tetap bicara sedikit, pendek, seperlunya. Hindari hasrat untuk menumpahkan semua isi pikiran dalam satu momen. Kenapa?

  1. Daya tangkap semua orang terbatas. Terlalu banyak informasi dalam waktu singkat membuat pikiran pendengar mengalami overload. Ibarat gelas sudah penuh, belum sempat diminum, sudah diisi lagi, jadinya luber.
  2. Hilang fokus. Pendengar jadi sulit menangkap inti pembicaraan, karena arah bicara kemana-mana, sampai menambah banyak cerita yang tidak ada hubungannya dengan inti pesan. Boro-boro bisa memberi pengaruh… bahkan pendengar pun tidak paham maunya Sang Pemimpin sebenarnya apa.
  3. Berpotensi meninggalkan kesan negatif. Sadar atau tidak, kualitas pengaruh kita sangat ditentukan bagaimana kesan pendengar saat proses bicara diakhiri. Kala berakhir dengan rasa penasaran, maka pendengar rindu bertemu lagi. Jika proses bicara diakhiri dalam kondisi pendengar sudah bosan, pusing, dan memang berharap segera berakhir, maka kesan itulah yang dibawa para pendengar tentang Sang Pemimpin dalam kehidupan mereka.

Karenanya, agar bicara bisa pendek, seperlunya, menusuk tajam tepat pada sasaran, prosesnya perlu dirancang dan dipersiapkan sebaik mungkin. Meskipun akan mengalami perubahan akibat situasi tertentu, perubahan berbasis improvisasi itu akan lebih mudah dan tepat saat sudah disiapkan sebelumnya.

Penting juga untuk senantiasa peka dengan memperhatikan pendengar secara seksama, kala sedang bicara. Sejatinya, meski terlihat dominan pada ‘bicara’, Pemimpin berpengaruh lebih banyak mendengar dan mengamati, sehingga mampu memahami orang lain, termasuk pendengar, dengan lebih detil. Dengan begitu, bahan bicara pun bisa dipilih dan dipilah yang memang sesuai dengan kebutuhan pendengarnya secara pas, tidak kurang dan tidak lebih.

Seni Bicara bagi Pemimpin, bukan sekedar seni mengeluarkan informasi secara verbal.

Seni Bicara bagi Pemimpin, adalah tentang berpikir, mengolah, men-sintesa, lalu memasang mata dan telinga untuk melihat keadaan pendengar demi menilai apakah proses bicara masing mengantar pada tujuan awal atau tidak. Selanjutnya, fleksibel melakukan penyesuaian agar tetap on the track.

Ditulis Oleh :


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *