Pemimpin sering dihadapkan pada dilema dua kutub ini. Manakah yang menjadikan kita Pemimpin Efektif? Pemimpin dengan fokus keteraturan? atau kebebasan?
Jika mengambil definisi Jo Owen bahwa, “Pemimpin adalah orang yang bisa membawa orang lain pada tempat yang tak bisa mereka tuju sendiri,” maka Pemimpin bisa dibagi dalam dua macam. Pertama, Pemimpin dalam konteks ‘Sosok Inspiratif’. Kedua, Pemimpin yang punya jabatan dan tanggung jawab sebagai ‘Atasan’ di organisasi/kelompok.
Pemimpin ‘Sosok Inspiratif’ itu misalnya Tokoh Masyarakat yang sering dimintai pendapat, misal oleh Si X. Ia bisa membawa seseorang ke suatu tujuan, ia bisa memimpin banyak orang, termasuk Si X. namun di posisinya, Pemimpin ini perlu mengutamakan kebebasan di atas keteraturan bagi yang dipimpin.
Maksudnya, ia perlu sangat menghargai kemauan individu Si X. Pemimpin ini gak banyak ngatur, membiarkan Si X memilih dan mengelola resikonya sendiri. Toh segala keputusan, Si X-lah yang menanggung.
Pemimpin ‘Atasan’ cara kerjanya beda. Pemimpin ini perlu mengutamakan keteraturan di atas kebebasan. Menempatkan kebutuhan organisasi di atas kemauan pribadi masing-masing orang.
Bagi Pemimpin ‘Atasan’, Ngatur itu bukan kebolehan, tapi keharusan. Dia perlu menunjukkan arah jalan, meluruskan yang bengkok, menindak pelanggar aturan.
Pemimpin ‘Atasan’, tentu boleh memberi kebebasan pada yang dipimpin (misal Si Y), tapi kebebasan itu tetap dalam koridor keteraturan tertentu, gak bisa semau-mau Si Y. Sebab dalam organisasi, akibat perbuatan satu orang Si Y bakal ditanggung bareng-bareng banyak orang lainnya.
Kesimpulan pendeknya, Pemimpin ‘Sosok Inspiratif’ mengutamakan kebebasan diatas keteraturan. Pemimpin ‘Atasan’ Mendahulukan keteraturan, baru membolehkan kebebasan di dalam keteraturan tersebut.
Jangan dibalik! Kalo Pemimpin ‘Atasan’ memberi kebebasan tanpa aturan, atau membolehkan kebebasan yang melewati koridor keteraturan, biasanya dengan dalih ingin mengoptimalkan potensi individu tim, yang ada malah kacau balau.
Termasuk kadang ada Pemimpin ‘Atasan’ gak berani menindak tegas Tim yang ogah menjalankan keteraturan, karena pemimpin ini khawatir dirinya gagal jadi menyandang status ‘Pemimpin Baik’.
Di sisi lain, gak sedikit Pemimpin ‘Atasan’ dicap toxic saat menjaga keteraturan. ini resiko kepemimpinan. Pemimpin memang gak bisa memuaskan semua orang. Ia musti tegas, mana yang didahulukan. Dan sudah jelas, Pemimpin ‘Atasan’ haruslah mengutamakan kepentingan organisasi dan bersama, di atas kepentingan individu.
Jadi, Pemimpin ‘Atasan’ tetap boleh membebaskan Tim dalam rangka mengembangkan kreativitas mereka. Selama keteraturan yang melingkupinya tetap ada, jelas, dijaga, serta berani menindak tegas pelanggarannya sebagai tanda jelas bahwa dalam kebebasan ada hal-hal yang batasnya gak boleh dilewati.
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111