INI TENTANG ‘SIAPA SAYA’


Sebagai Pemimpin, salah satu tugas penting yang diemban adalah mengkomunikasikan sesuatu, memberi arahan, menyampaikan ilmu serta wawasan. Pernahkah dalam sebuah situasi, orang lain tidak mendengarkan kita? Padahal pesan yang disampaikan penting, sudah disiapkan matang, bahkan begitu berpengaruh terhadap masa depan. Apa yang salah?

“Padahal posisi saya kan lebih dari mereka!” itu seringkali terpikir dalam bentuk penyesalan dan rasa sakit. ‘Lebih’ disini macam-macam, bisa lebih tinggi jabatan, lebih berpengalaman, lebih pintar, lebih tahu medan lapangan, dll. Namun pada kenyataannya, memang sekedar punya kelebihan tak secara otomatis membuat seorang Pemimpin didengar pernyataan/ pendapat/ argumennya. Lantas harus bagaimana?

Salah satu literatur Retorika paling tua yang bisa ditemukan adalah karya Aristoteles. Dalam tulisan RETORIKA-nya, dirumuskan 3 elemen sebagai bangunan dalam setiap proses mempengaruhi orang lain melalui proses bicara: ETHOS – PATHOS – LOGOS.

LOGOS adalah landasan logika di balik pernyataan. PATHOS berkaitan dengan nuansa emosional yang dibangun dalam proses mengkomunikasikan ide dan argumentasi. Satu lagi ETHOS, yaitu tentang ‘siapa yang berbicara’. Artikel ini akan lebih detil membahas ETHOS.

ETHOS menjadi satu pondasi penting, memberikan dukungan sangat inti dalam proses seorang Pemimpin menyampaikan ide, pendapat, argumen, atau apapun itu. Kadang sebuah nasehat dengan isi sama, tersampaikan dari dua orang berbeda, efeknya bisa beda.

ETHOS adalah tentang siapa yang berbicara. Terkadang bahkan seseorang dengan kemampuan bicara saja, bahasa itu-itu saja, namun karena dia sosok terhormat dan disegani, orang akan tetap mendengarkan dengan seksama.

Orang mungkin dengan mudah mendefinisikan sebagai integritas. Namun sesungguhnya lebih dalam lagi. Dalam karyanya, Phillip Collins menerjemahkan bahasa Aristoteles sebagai KARAKTER.

Lebih detil lagi, KARAKTER yang dimaksud dapat dilihat dari 3 ciri: Niat Baik, Latar Belakang Personal, dan Kemerdekaan.

NIAT BAIK, artinya sesorang didengar karena dirasakan niat baiknya dalam memberi pendapat atau argumen, bahwa segala pernyataannya bukan untuk memenangkan ego pribadi melainkan demi kepentingan bersama. Sang pembicara lebih berfokus pada ‘kita’, bukan ‘aku’.

LATAR BELAKANG PERSONAL melihat pada relevansi antara kompetensi dan kredensial atau juga pengalaman yanng berbicara, dengan topik pembicaranya. Misal, bicara soal kesehatan tubuh, tentu lebih kuat saat disampaikan seorang dokter daripada akuntan.

KEMERDEKAAN berarti orang yang menyampaikan pendapat atau argumen, merdeka dari tekanan orang lain, bukan suruhan dari pihak atas, sehingga pendengar yakin bahwa segala informasi memang hadir dari dalam pikiran pembicara secara murni.

Berdasar ETHOS dengan 3 ciri di atas, Pemimpin perlu menampilkan diri secara positif di tiap cirinya. Terlepas dari seperti apa sesungguhnya di belakang layar (karena terkadang karena tuntutan manajemen, banyak level Pemimpin tak sepenuhnya bisa menampilkan 3 ciri tersebut secara orisinil), Pemimpin perlu membahasakan pesan sebagai pernyataan untuk kepentingan bersama (Ciri 1), menunjukkan bahwa dirinya punya latar belakang relevan dengan yang dibicarakan (Ciri 2), juga menghadirkan kesan bahwa dirinya memang merdeka dan bebas dalam menyampaikannya (Ciri 3).

Di sinilah seni berbicara dimainkan, dimana pemimpin mengartikulasi desain bicara secara matang dimulai dari mengelola pikiran dan perasaanya dalam rangka membangun citra positif untuk menjadikannya didengar dan berpengaruh. Mainkan ETHOS, demi optimal dalam mendukung PATHOS DAN LOGOS.

Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *