Julius Caesar saat ini namanya harus dikenal sebagai penakluk yang membawa Imperium Romawi menjadi sangat besar.
Itu sekarang, saat ia BERHASIL.
Perjalanan menuju penaklukan-penaklukan besar ini penuh lika-liku, mulai dari permainan politik yang culas, perilaku suka menusuk kawan dari belakang, bahkan kecenderungan dirinya untuk oportunis dan narsistik.
Kalau lihat Ceasar di masa prosesnya, kita bakal menganggap Ceasar sebagai Pemimpin Buruk. Baru setelah keberhasilannya, sejarah mencatat dirinya sebagai Pemimpin Besar.
Saya tidak mengatakan bahwa kita boleh culas dan oportunis seperti Ceasar, tidak sama sekali.
Tapi pada akhirnya, memang gak ada pemimpin sempurna. Bukan kesempurnaan yang membawa seseorang menjadi Pemimpin Besar, tapi ke-BERHASIL-annya, terlepas dari seperti apa perilaku sehari-harinya.
Kita sebagai Pemimpin di dalam Bisnis atau Perusahaan, bahkan kadang harus mengambil keputusan-keputusan sulit, dimana keputusan itu nggak mungkin menyenangkan semua orang.
Saat memimpin, bahkan akan ada orang-orang yang terus berusaha menguliti kekurangan-kekurangan diri kita.
Tugas kita sebagai Pemimpin bukan menjadi sempurna.
Tugas kita sebagai Pemimpin bukan menyenangkan dan memuaskan orang-orang sekitar.
Tugas kita sebagai Pemimpin adalah memastikan BERHASIL.
Jo Owen mengatakan bahwa, pemimpin yang baik adalah Pemimpin yang BERHASIL membawa orang lain/tim/organisasi ke suatu tempat yang tak bisa mereka (orang lain/tim/organisasi) capai sendirian.
Seperti Ceasar membawa Imperium Romawi penaklukan-penaklukan besar.
Juga seperti Pemimpin-Pemimpin lain yang BERHASIL dalam setiap catatan sejarahnya.
Ditulis Oleh :
- Surya Kresnanda
- @suryakresnanda
- 0811 2244 111