Istilah ‘Bad Leader’ alias ‘Pemimpin Buruk’ biasanya muncul dari orang-orang yang dipimpin. Mereka merasa tidak nyaman, gak sreg, dengan kecenderungan mengevaluasi orang lain berdasar pada pribadi.
Walhasil, muncullah kategori ‘Bad Leader’ sebagai Pemimpin yang katanya tidak pengertian, bukan pendengar yang baik, tidak mengapresiasi bawahan, bersikap arogan, dan semacamnya.
Padahal, dunia hari ini mengenal beragam sosok Pemimpin Hebat, sebagai diantaranya justru punya karakter-karakter yang sering di label sebagai Pemimpin Buruk.
Steve jobs, punya sifat kasar dan kata-katanya menyakitkan hati.
Lee Kuan Yew yang telah mengubah Singapura menjadi besar seperti sekarang. memimpin dengan tangan besi.
Proklamator Indonesia Ir. Soekarno, punya istri melebihi batas seharusnya.
Hideyoshi Toyotomi sang pemersatu jepang nan cerdas, bahkan mencampakkan keluargannya dan tak bisa menahan hasrat akan wanita dan kekuasaaan di akhir hidupnya.
Julius Caesar meski dikenal penakluk yang membawa Roma pada kejayaan, punya sangat banyak sifat culas dan suka menusuk teman dari belakang.
Namun sejarah mencatat mereka semua sebagai Pemimpin Besar, Pemimpin hebat. Kenapa?
karena mereka BERHASIL.
Di tengah ketidaksempurnaan sebagai manusia, mereka BERHASIL menghadirkan perubahan, dimana perubahan itu punya dampak bagi banyak orang.
Mengambil definisi Jo Owen, “Pemimpin adalah sosok yang bisa membawa banyak orang ke arah yang tak bisa mereka tuju sendirian.”, mereka di atas bisa membuktikannya.
Dalam proses menuju BERHASIL, kadang Pemimpin harus mengambil keputusan-keputusan tak populer, tidak menyenangkan semua orang. Di sanalah lahir label-label ‘Bad Leader’ dari sebagian orang yang tak senang.
Tapi, jika melihat nama-nama dari Steve Jobs sampai julius Caesar di atas, apakah kita akan telan mentah label-label ‘Bad Leader’ tersebut?
Ataukah kita perlu mengevaluasi ulang standard kebanyakan orang tentang ‘Bad Leader’? (dan tentu ‘Good Leader’ juga).
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111